Kalau Belanda saja bisa, Indonesia pasti juga bisa!

Kalau dipikir-pikir, lucu juga ya.. satu kejadian yang sama bisa dianggap beda oleh individu yang berbeda. Yup, karena kita punya experience dan knowledge yang berbeda. Dan boleh percaya atau tidak, respons terhadap kejadian tersebut akan menentukan seperti apa hasil dan kualitas dari tujuan pekerjaan itu setelahnya. Persis seperti yang dibilang sama Om Sill.

CHANGE  YOUR BELIEFS AND YOU CHANGE  YOUR DESTINY  – STERLING W. SILL

Sebagai bukti otentik tentang omongannya Om Sill, Oma ku pernah cerita. Jaman dulu, ketika kita beli kapal selam dari Eropa, orang kita dan pembeli dari Negara lain di-training untuk cuma bisa mengoperasikan. Negara kita sih patuh dan mengirimkan tentaranya. Tapi coba lihat apa yang dilakukan negara sahabat kita, dia mengirimkan ahli teknologi mesinnya trus dipakein baju militer, dan dikirim untuk ikut training. Alhasil tuh Negara sekarang bisa bikin sendiri kapal selam. Sementara kita cuma bisa menggunakannya. Nanti, kalo sudah rusak, gampang, kapal selamnya ditenggelamkan biar jadi karang di laut. Hehehe. Terlihat dengan jelas bukan? Respon beda dari satu kejadian yang sama, maka hasil output akhirnya juga beda signifikan.

Bukti tadi bukannya ingin mengecilkan bangsa kita. Tapi Cuma merefleksikan, kalo kita berbeda sedikit saja sudut pandangnya, pasti jauh juga ya.. hasilnya. Ini jadi penyemangat buat kita, kalau Negara itu bisa, kenapa kita tidak. Kita pasti juga bisa!

Nah, Cerita lainnya juga ada nih.. sekitar 9 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2001. Negara yang dulu pernah jadi “sparing partner” kita sekitar 3.5 abad, negeri kincir angin secara resmi mengundang Professor Porter. Professor ini berasal dari Harvard Business School. Selain sebagai konsultan di berbagai perusahaan multinasional, Beliau juga mengepalai bidang competitive strategy dan international competitiveness. Tulisan beliau salah satunya adalah “the Global Competitive Report”, hasil kerjasama institusinya, Harvard dengan World Economic Forum. Laporan beliau dan timnya ini berisi tentang analisa lebih dari 70 negara di dunia mengenai causes of competitiveness dan innovative capacity. Mantap kan!

Tanggal 3 Desember 2001, Prof. Michael E. Porter Menyampaikan materi mengenai Innovation atas undangan Menteri Ekonomi Belanda.

Sisi menariknya adalah ketika Prof. Porter menyampaikan presentasi di depan ratusan pejabat teras juga petinggi Negara Belanda terkait kinerja ekonomi Belanda.Saat itu Beliau mengatakan bahwa Belanda memang punya ekonomi yang baik. Tetapi sayangnya tidak akan berlangsung lama dan berkesinambungan. Karena tidak didukung dengan SDM dan inovasi yang dapat mendrive ekonomi suatu Negara.

Karena menurut Beliau, kesejahteraan suatu Negara di support dari produktifitasnya. Dan produktifitas itu, trend ke depannya adalah bukan hanya didukung oleh SDM, tetapi lebih dari itu, harus punya innovative capacity. Dan pemerintah memainkan peranan yang besar di situ. Dia mencontohkan negaranya sendiri. Amerika Serikat. Waktu 20 tahun yang lalu, pemerintah memberikan insentif untuk penelitian di bidang komputer. Pemerintah kerjasama dengan pihak universitas dan swasta. Sekarang, coba lihat deh.. Boom…. Mereka menjadi trend setter. Alhasil, multiplyer effect-nya di bidang ekonomi luar biasa besar.

Bagan yang digambarkan oleh Prof. Porter tentang kekuatan kapasitas inovasi untuk mendorong kesejahteraan

Tuh Negara, maksudnya Belanda “dikritik cukup pedas” sama Pak Porter. Namun, kita lihat bagaimana responsnya. Begitu tahu kondisi Negara seperti itu, para audiens yakni lebih khusus pemerintahnya segera merespon dengan membuat kebijakan strategis. Berikut ini salah satu ucapan peserta Bapak Wijffels, Chairman dari Social and Economic Council, “analisis dari Prof. Porter sangat mencengangkan. Namun saya pikir inilah saat yang tepat bagi kita (Belanda) untuk benar-benar mulai melakukan perubahan.”

Keren banget kan…. Mereka menerima dengan ikhlas kalo negaranya “dijelek2in”. Tapi memang kalo orang pintar dan dewasa, kan kalo dikritik bukannya marah, tapi justru makin memperkuat dan membenahi diri. Hebat… Salut…..

Hebat ya…sebuah kritikan pedas. Tapi gak dianggep ancaman, malah makin memperkuat asa untuk memperbaiki diri.

Nah itu sekitar 9 tahun yang lalu. Lalu, bagaimana ya keadaan mereka sekarang? Nih beberapa program mereka. Mereka bikin berbagai jaringan scientist yang melibatkan kawasan regional Eropa, bahkan dunia. Selanjutnya, mereka makin banyak memberikan beasiswa untuk Negara lain supaya pada mau belajar di Belanda. Ini menguntungkan buat mereka dalam jangka panjang. Karena seperti kata Pak Newton

“KALAU KITA PUNYA MASING-MASING SATU APEL. KEMUDIAN DITUKAR, YA KITA SAMA-SAMA DAPAT 1 APEL. TAPI KALAU ILMU YANG DITUKAR. KITA MENDAPATKAN 2 ILMU!” – NEWTON

Mereka juga memperkuat dan menjadi leader terutama di bidang konstruksi dan water management. Seluruh upaya difokuskan ke sana. Mereka menjadi expertise dan menjadi yang terbaik di dunia. Mantap kan. Apa gak jiper tuh melihat sebuah Negara seserius itu untuk menghadapi masa depan mereka?

Lalu, Btw. Negara kita bagaimana ya? Apa serius itu juga untuk menghadapi perekonomian dunia yang di drive oleh kapasitas inovasi? Hmmm cek this out… Indonesia sekarang memiliki anggaran pendidikan yang naik jadi 20%. Jadi pemerintah saat ini punya rupiah cukup banyak untuk mendanai ribuan penelitian berkelas. Salah satu hasil yang keren adalah adanya program riset unggulan strategis nasional alias RUSNAS. Salah satu RUSNAS ini ada yang di bidang pangan. Dan mie jagung itu contoh hasil karyanya. 🙂  (ni saya jadikan contoh karena saya pernah ikut sedikit ambil bagian didalamnya..he3x)

Yah lumayan ya… ternyata kalo mau serius dari dulu, kita juga bisa kok jadi Negara yang hebat. Cuma sayangnya Negara kita, khusunya kebijakan di riset sangat tergantung pada siapa presiden dan menterinya. Ganti presiden dan menteri. Kebijakan ganti. Padahal kalau mau konsisten sedikit saja..beeuuh, pasti hasilnya mantap itu….

Memang sih…tidak gampang mengurus Negara sebesar ini. Tapi sekali lagi. Lah wong Negara lain saja bisa, masak kita tidak bisa. Sudah dikasih nikmat banyak banget nih Negara (dengan SDA dan SDM yang berlimpah). Tapi mungkin karena kurang bersyukur kali ya… jadi begini deh nasibnya…

Tapi tenang, justru disitulah letak tantangan Negara kita. Kita sebagai generasi muda masih diberi kenikmatan punya banyak PR untuk diselesaikan dan memang masih harus belajar banyak dari mereka (Belanda salah satunya). Jangan sampai kita cuma menghasilkan generasi muda pintar yang tidak rendah hati. Malah rajin korupsi. Waduh…. Bukannya membangun malah menghancurkan bangsa.

Oleh karena itu, memang benar ada hadist yang mengatakan bahwa yang bisa merubah nasib kaummu itu ya kamu sendiri. Dan cara merubah nasib ya dengan belajar! Belajar itu tidak kenal waktu dan umur. Belajar sama anak kecil pun jika anak kecil itu benar, maka harus tetep diikuti.

Mudah-mudahan sedikit susunan huruf-huruf ini bukan malah membuat anda menjadi pusing dan sekedar lewat begitu saja. Tapi semoga bisa terus menginspirasi kita untuk selalu punya semangat untuk terus memperbaiki diri sambil tetap rendah hati.

Kalau negara lain seperti Belanda saja bisa… mengapa kita tidak bisa…. Kita pasti bisa!

Hidup Indonesiaku!!

lihat juga komentar yang lebih banyak mengenai tulisan ini via Facebook